Total Tayangan Halaman

Rabu, 03 April 2013

IKHLAS, PENANGKAL GODAAN SETAN

IKHLAS ADALAH salah satu CARA MENANGKAL GODAAN SETAN.

IKHLAS ?

Kenapa ikhlas bisa menangkal godaan setan ?
lho, bukankah iblis sendiri yang mengatakan kalau dia tak bisa menggoda orang-orang yang ikhlas                 ( orangnya disebut = mukhlisin ) saat dia diusir dari sorga

lihat Al-qur'anul karim, surat shad :82-83 
Iblis menjawab : "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis dia antara mereka"  

Apa sih sebenarnya yang dimaksud ikhlas itu ? 
Ikhlas adalah melaksanakan sesuatu semata-mata mengharapkan keridhaan Allah. 
Manusia yang berjiwa ikhlas, terhindar dari hawa nafsu yang buruk dan bebas dari kekeliruan dan kesalahan, karena, ikhlas menyinari jiwa lebih terang dibandingkan dengan kesulitan-kesulitan yang menyempitkan, sehingga dia bisa berdiri di hadapan Allah sambil bertaubat dan mengharapkan rahmat-Nya dengan rasa takut terhadap siksa-Nya.



Keikhlasan yang tertinggi saat tidak ada campur tangan keinginan duniawi dalam setiap tindakannya. Semua yang dilakukan semata-mata untuk mencapai ridha Allah. Dan bukan dunia. Maka obat untuk memperoleh keikhlasan adalah dengan mematahkan kehendak hawa nafsu, melenyapkan ketamakan terhadap harta benda, semata-mata beramal untuk mencari bekal di akherat.

Nah contoh kongkrit tentang keikhlasan ini adalah, seseorang yang ikhlas, akan merasa berbahagia melihat kebagiaan yang diraih orang lain. Tak ada iri dan dengki dalam hati mereka. Dan sebaliknya mereka merasa berduka melihat kedukaan yang dialami orang lain. Jadi : "SENANG MELIHAT ORANG LAIN SUSAH, SUSAH MELIHAT ORANG LAIN SENANG" tidak ada dalam kamus kehidupan orang yang ikhlas.  

Itulah sebabnya kenapa setan tak mampu menggoda orang-orang yang ikhlas. Karena tak ada sedikitpun celah bagi setan untuk masuk dan mempengaruhi. Sudah jelas khan ?  

Mari kita renungkan lagi.... 

Sumber bacaan : Hakekat Ikhlas dan jujur, pengarang asli Imam Al-Ghazali, Ihya Ullumuddin, terjemahan Ahmad Sunarto, Penerbit Amani, Jakarta, 1990. 


Agus Prihandono 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar